Beranda | Artikel
Agama Disisi Allah Hanya Islam – Tafsir Surah Ali Imran 19
Rabu, 13 Desember 2023

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Yahya Badrusalam

Agama Disisi Allah Hanya Islam – Tafsir Surah Ali Imran 19 adalah kajian tafsir Al-Quran yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. Kajian ini beliau sampaikan di Masjid Al-Barkah, komplek studio Radio Rodja dan Rodja TV pada elasa, 29 Jumadal Ula 1445 H / 12 Desember 2023 M.

Agama Disisi Allah Hanya Islam – Tafsir Surah Ali Imran 19

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

إِنَّ الدِّينَ عِندَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ ۗ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلَّا مِن بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ ۗ وَمَن يَكْفُرْ بِآيَاتِ اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ

“Sesungguhnya agama di sisi Allah itu hanyalah Islam saja. Dan tidaklah orang-orang yang diberikan Al-Kitab berselisih kecuali setelah datang kepada mereka ilmu, karena kedzaliman di antara mereka. Dan siapa yang kafir kepada ayat-ayat Allah, maka sesungguhnya Allah itu sangat cepat hisabnya.” (QS. Ali ‘Imran[3]: 19)

Pada kajian sebelumnya sudah disebutkan empat faedah dari ayat yang mulia ini. Sekarang kita masuk ke faedah yang kelima:

Menjauhi perbuatan orang-orang ahli kitab

Isyarat agar kita menjauhi perbuatan orang-orang ahli kitab. Bahwa orang-orang ahli kitab, setelah datang kepada mereka ilmu ternyata malah berselisih. Sebagian mereka menerima, sebagian menolak. Sehingga terjadilah perselisihan di antara mereka, sebagai kedzaliman di antara mereka. Di situ, Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan bahwa orang yang tidak menerima ilmu (kebenaran), itu hakikatnya dzalim.

Makanya selalu, ketika ada sebagian kelompok dan dai yang menyampaikan kebenaran, pasti manusia akan terpecah menjadi dua. Biasanya seperti itu, sebagian menerima sedangkan sebagian yang lain menolak. Akibatnya, pecahlah manusia. Makanya, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dituduh sebagai dukun. Karena Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjadikan anak dengan orang tuanya berpisah. Berpisahnya bukan karena sihir, tapi karena yang satu mengikuti dakwah rasul, sedangkan yang satu tidak mau mengikuti dakwah Rasul. Suami dan istri berpisah karena yang satu mengikuti kebenaran, sedangkan yang satu menolak kebenaran. Sehingga Rasulullah disebut sebagai dukun pemecah belah.

Ketika kita menyampaikan tauhid, akan terpecahlah dua kelompok; kelompok yang menerima tauhid, dan kelompok yang menolak tauhid. Sehingga penyeru kepada tauhid dituduh sebagai pemecah belah. Ketika kita menyampaikan tentang sunnah, maka ada yang menerima, ada yang tidak.

Kemudian datang orang-orang yang mengatakan: “Udah, kamu tidak usah mendakwahkan tauhid.” Maka kita jawab, kalau kita tidak dakwahkan tauhid, apakah kita akan mendiamkan kesyirikan merajalela? Mana yang Antum pilih? Kita dakwahkan tauhid, akhirnya sebagian orang menerima, sebagian menolak. Atau kita diam tidak mendakwahkan tauhid, akibatnya kesyirikan merajalela? Sehingga orang tidak lagi mengenal tauhid, akibatnya datang azab Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tentu, tersebarnya kesyirikan itu mudharatnya jauh lebih besar. Ketika kita berbicara tentang sunnah dan bid’ah, ada orang yang menerima, dan ada orang yang menolak. Kita disuruh diam bahkan dituduh radikal? Apakah kemudian kita diam? Akhirnya, orang seenaknya berbicara tentang agama dan bid’ah semakin merajalela. Akibatnya sunnah pun akan hilang.

Mana yang lebih berat mudharatnya? Tersebarnya kesesatan akibat kita diam atau kita berbicara, sehingga mengakibatkan manusia menjadi dua kubu; yang satu menerima, yang satu menolak. Coba pikirkan baik-baik, karena Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memerintahkan kita untuk menyampaikan kebenaran, walaupun pahit.

 قل الحق ولو كان مرًّا

“Sampaikan kebenaran, walaupun pahit.” (HR. Ibnu Hibban)

Memang menyampaikan kebenaran itu pahit.

Orang-orang ahli kitab berselisih itu justru setelah datang kepada mereka ilmu. Para nabi datang menjelaskan tentang hakikat kebenaran, tentang agama yang diridhai oleh Allah. Tapi kemudian mereka berselisih, yang satu menerima, sedangkan yang satu menolak.

Ketika tidak setuju dengan pendapat orang lain

Isyarat bahwa kewajiban seorang insan, apabila dia menyelisih pendapat orang lain, maka janganlah dengan sikap yang congkak dan sombong serta permusuhan. Tapi hendaknya memberikan argumentasi ilmiah. Kalau memang Antum tidak setuju dengan pendapat orang lain, bantah secara ilmiah.

Adapun, kemudian Antum tidak setuju sama pendapat seseorang, lantas Antum jelek-jelekan, Antum bunuh karakternya. Antum langsung tahdzir dia, maka itu termasuk kedzaliman. Namun hendaklah ia memperlihatkan kebenaran dengan argumentasi (dalil) secara ilmiah. Hal ini adalah agar memberikan manfaat kepada manusia.

Bagaimana pembahasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian yang penuh manfaat ini.

Download MP3 Agama Disisi Allah Hanya Islam – Tafsir Surah Ali Imran 19


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/53704-agama-disisi-allah-hanya-islam-tafsir-surah-ali-imran-19/